" Tanamkanlah sikap kerja keras, kreatif, mandiri dengan hal-hal positif"
Rabu, 28 Oktober 2020
ARTIKEL REFLEKSI
NAMA : PGP-1-KABUPATEN POLEWALI
MANDAR-SARIFUDDIN-1.1-AKSI NYATA
Latar Belakang :
Berpijak pada filosofi Ki Hajar
Dewantara menghadirkan kata tiga kunci yang perlu diterapkan sebagai seorang
guru yaitu teladan, motivasi dan berdaya atau merdeka. Sengaja kami
menyampaikan ini supaya untuk memotivasi kita jangan sampai kita kendor
semangat cuma persoalan hal-hal sepele misalnya latar belakang kondisi ekonomi
peserta didik.
Banyak dari mereka memiliki masalah
keluarga yang kompleks sehingga mereka tumbuh dengan rasa percaya diri yang
rendah. Kemiskinan, sarana belajar yang minim, dan masih banyak problem-problem
yang dihadapi peserta didik. Namun kita harus selalu optimis dan tulus ikhlas,
kasih sayang sehingga peserta didik kita dapat meraih kesuksesan. Disinilah
kita dibutuhkan untuk menjadi guru yang mau mengajar dengan ketulusan dan
keikhlasan yang bisa menyentuh hati anak peserta didik kita. Jika hati mereka
sudah disentuh maka mereka akan senang hati mengikuti pembelajaran kita di kelas
maupun di luar kelas.
Kita ajak mereka untuk bermimpi, menulis
sebanyak mungkin mimpi mereka kemudian menyimpannya untuk selalu diingat bahwa
segala hambatan akan mereka lalui dengan usaha dan doa.
Pada saat pemerintah meluncurkan program
guru penggerak pada bulan juli lalu, membawa angin besar terhadap dunia
pendidikan kita. Pemerintah berkomitmen untuk memajukan ekosistem pendidikan di
Indonesia yang lebih baik dengan melahirkan agen-agen perubahan yang berpusat
pada murid.
Inilah sebenarnya yang kita inginkan
dari seluruh guru di Indonesia seperti pesan Ki Hajar Dewantara yaitu berpusat
pada murid. Oleh karena itu guru penggerak dituntut untuk dapat menjadi teladan
serta bisa memotivasi untuk menguatkan pemberdayaan anak. Seperti pesan Ki
Hajar Dewantara tumbuh kembang secara holistik yaitu jalan secara cipta, rasa
dan karsa. Tajam pikirannya kemudian halus rasanya. Lalu kuat sehat jasmaninya.
Untuk itu guru penggerak hadir sebagai agen perubahan ekosistem pendidikan.
Guru penggerak ini hadir menjadi teman belajar yang penuh inspiratif dan
menguatkan semangat kepada guru-guru yang lain kata, Iwan Syahril (Dirjen GTK).
Melalui program guru penggerak ini tidak ada lagi kesenjangan pendidikan antara pendidikan di kota atau di desa. Karena program ini bertujuan untuk memajukan pendidikan secara merata melalui agen-agen perubahan.
Deskripsi aksi
nyata :
Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,mandiri,demokratis, bertanggungjawab.Pendidikan karakter merupakan
pondasi dari sistem pendidikan nasional.Karena itu perlu kiranya tujuan utama
pendidikan ini menjadi renungan bersama, terutama bagi para tenaga pendidik
atau guru dan orang tua. Dalam modul ini akan membahas harapan dan tantangan
pendidikan karakter di masa Milenial, mengapa memilih aksi nyata ini karena
salah satu yang sangat penting untuk kita lakukan pertama kali adalah penanaman
nilai karakter terhadap anak. Dimulai dari pendidikan keluarga yang menjadi
dasar penanaman karakter anak. Kemudian alam perguruan yang bertugas untuk meluruskan
dan melanjutkan pendidikan dengan memberi ilmu pengetahuan. Selanjutnya mereka
terjun ke masyarakat dengan harapan dapat mengaktualisasikan dari apa yang
mereka dapat di alam keluarga dan perguruan. Apa gunanya memiliki kemampuan pengetahuan
yang tinggi tapi jauh dari nilai-nilai luhur pancasila.
Hasil
aksi nyata yang dilakukan :
1.
Siswa
mampu menerapkan Profil Pancasila ; Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, beraklah mulia, kebhinnekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar
kritis, mandiri.
2.
Terciptanya
suasana pembiasaan karakter kepada seluruh warga sekolah
3.
Sekolah
menjadi nyaman dan bahagia
Kita selalu optimis apa yang telah kita
rencanakan, dasarnya adalah usaha untuk meraih kesuksesan, kegagalan kita
minimalisirkan bahkan target kita adalah 0 % kegagalan. Untuk mencapai kesana
perlu kerja sama yang baik dari seluruh warga sekolah dan orang tua serta
pemerintah.
Rencana
Perbaikan untuk rencana ke depan :
1.
Menganalisa kembali program-program yang
telah dilaksanakan, apakah memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan
karakter anak atau tidak.
2.
Mengadakan pertemuan rutin untuk
membahas hal-hal yang telah direncanakan
3.
Mengadakan studi banding ke sekolah lain
yang sudah berhasil menanamkan karakter
peserta didiknya
4.
Menerima segala kritikan yang membangun
#Salam bahagia
#Merdeka belajar
#Mari bersatu
Senin, 26 Oktober 2020
1.1.a.9
Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
1.
Sintesis berbagai materi
Apa
yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari
modul 1.1. Murid adalah orang yang sedang menempuh pembelajaran di kelas,
menerima pelajaran dari guru kemudian menyelesaikan seluruh tugas-tugas yang
diberikan kepadanya. Selanjutnya model pembelajaran yang diberikan kepada
anak-anak juga belum optimal karena kita
belum menemukan hakikat dari pembelajaran itu sendiri. Dari pembelajaran di
kelas secara monoton dan model pembelajaran yang minim mengakibatkan anak-anak
bosan dalam belajar. Anak-anak tidak dihadapkan ke hal-hal menantang seperti
permainan game, demontrasi, menelaah, mengadakan penelitian dan lain
sebagainya. Setelah kami mempelajari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara
barulah kita sadar bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi dari segi
bagaimana membelajarkan anak secara merdeka belajar, bagaimana membentuk anak
untuk berkarakter, bagaimana mengajarkan anak ke hal-hal positif dan lain
sebagainya.
Dari modul 1.1 yang
telah kita pelajari maka ada beberapa kaitan antara materi-materi dalam modul
ini. Pertama menurut Ki Hajar
Dewantara hakikat pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Saya
percaya bahwa anak-anak kita punya potensi, bakat dan kreaatifitas, inovatif
sehingga kita sebagai guru harus melihat potensi itu dan mengarahkan anak untuk
mencari bakat, minat apa yang menjadi karakter dari anak tersebut. Sehingga
anak merasa punya wewenang sendiri untuk menentukan apa, kemana arah dan
potensi dirinya.
Sekarang zaman globalisasi banyak dipengaruhi
oleh kepentingan pasar menyebabkan pendidikan tidak sepenuhnya dipandang
sebagai upaya mencerdaskan bangsa, tetapi lebih berfokus untuk menghasilkan
lulusan yang hanya menguasai pengetahuan, kurang membekali peserta didik dengan
semangat kebangsaan, semangat keadilan sosial, serta sifat-sifat kemanusiaan
dan moral luhur sebagai warga negara(Saksono,2010:76). Bangsa Indonesia saat
ini dihadapkan pada krisis karakter yang
cukup memprihatinkan, seperti ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalikan
diri, kurangnya tanggung jawab sosial, hilangnya sikap ramah tamah dan sopan
santun.
Kedua
adalah Ki Hajar Dewantara mengatakan hendaknyan usaha kemajuan ditempuh melalui
“trikon” yaitu kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri, konvergen
dengan alam luar, dan konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai
kepribadian sendiri.
Ketiga
dari filosofi Ki Hajar Dewantara adalah sistem among yang berjiwa kekeluargaan
bersendikan dua dasar, yaitu pertama kodrat alam, kedua kemerdekaan sebagai
syarat menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin.
Keempat
pandangan Ki Hajar Dewantara tentang belajar nampak pada konsep mengenai Tri
Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan alam keluarga, alam perguruan, alam
masyarakat. Pendidikan alam keluarga akan mendidik anak-anak dengan sebaik mungkin
yang meliputi jasmani dan rohani. Selanjutnya alam perguruan berkewajiban
mengusahakan kecerdasan pikiran serta memberikan ilmu pengetahuan dan alam
masyarakat akan terwujud apabila orang-orang yang berkepentingan yaitu orang
tua, tokoh masyarakat, guru dan masyarakat lainnya saling memahami.
Terwujudnya Tri Pusat
pendidikan akan melahirkan manusia-manusia yang memiliki karakter Ing Ngarso
Sun Tuladho Ing Madya Mangun Karso Tut Wuri Handayani. Artinya di depan
memberikan contoh atau teladan, di tengah memberikan ide atau semangat dan
dibelakang memberikan dorongan.
Dari beberapa konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara Kami berkesimpulan bahwa pendidikan dapat berubah
kalau kita semua bisa menjadi guru,
bisa menjadi murid, dan semua tempat adalah sekolah.
Penerapan pembelajaran yag dapat kita
lakukan antara lain :
1.
Membentuk kelompok pengajian Sekolah
untuk membentuk karakter keagamaan dan religius anak, setiap dua kali sebulan
diadakan pengajian,
2.
Aktifkan kembali saling sapa, senyum
pada saat bertemu,
3.
Membentuk kelompok-kelompok kebersihan
untuk melatih kemandirian anak
4.
Membentuk kelompok-kelompok belajar
untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan pelajaran sekolah,
5.
Membentuk sanggar kesenian, olah raga
untuk mencari bakat siswa.
6.
Mengaktifkan ekstrakurikuler seperti
PMR, Pramuka, Rohis,
7.
Mengaktifkan organisasi sekolah seperti
OSIS
8.
Membentuk Koperasi Mandiri untuk siswa
9.
Membuat kotak amal untuk kegiatan
kemanusian
|
Judul Modul : Harapan dan Tantangan Pendidikan
Karakter di Masa Milenial
Nama Peserta : SARIFUDDIN,
S.Pd_CGP_POLEWALI MANDAR
Latar Belakang :
Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,mandiri,demokratis, bertanggungjawab.Pendidikan karakter merupakan
pondasi dari sistem pendidikan nasional.Karena itu perlu kiranya tujuan utama
pendidikan ini menjadi renungan bersama, terutama bagi para tenaga pendidik
atau guru dan orang tua. Dalam modul ini akan dibahas Harapan dan tantangan
pendidikan karakter di masa Milenial.
Tujuan :
1.
Mencetak
peserta didik yang berprofil Pancasila ; Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, beraklah mulia, kebhinnekaan global, bergotong royong, kreatif,
bernalar kritis, mandiri.
2.
Membentuk
manusia yang tangguh, kompetitif,bermoral, bertoleran,berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Linimasa
tindakan yang akan dilakukan :
A.
Pembiasaan
1.
Jadikan
diri sebagai contoh,
2.
Jadilah
guru yang tidak hanya sekedar mementingkan nilai akademis, tetapi juga
mengapresiasi usaha murid,
3.
Mengajarkan
nilai moral pada pelajaran,
4.
Jujur
pada diri sendiri dan terbuka pada kesalahan,
5.
Mengajarkan
sopan santun,
6.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar memimpin,
7.
Berbagi
pengalaman sebagai cerita inspiratif.
B.
Tindakan
1.
Membentuk
kelompok Rohis atau pengajian
2.
Membentuk
kelompok Adiwiyata/kebersihan untuk siswa
3.
Membentuk
kelompok belajar
4.
Membentuk
sanggar seni
5.
Membentuk
club-club olah raga
6.
Mengaktifkan
organisasi sekolah, OSIS, PMR. Pramuka,
7.
Membentuk
Koperasi siswa
8.
Membuat
kotak amal kemanusiaan
9.
Membentuk
kelompok Pencinta Alam
Tolok Ukur :
1.
Siswa
mampu menerapkan Profil Pancasila ; Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, beraklah mulia, kebhinnekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar
kritis, mandiri.
2.
Terciptanya
suasana pembiasaan karakter kepada seluruh warga sekolah
3.
Sekolah
menjadi nyaman dan bahagia
Dukungan yang
dibutuhkan :
Dukungan Kepala
Sekolah dan Komite, guru dan staf
Bahan yang
dibutuhkan :
1.
Surat
Keputusan Kepala Sekolah
2.
Program
kerja setiap unit
Alat atau tenaga yang dibutuhkan :
1.
Staf
untuk adminitrasi
2.
Laptop
| |
3.3.a.4.2 EKSPLORAS KONSEP-FORUM DISKUSI KASUS 1
3.3.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Kasus 1 Pada awal tahun 2020, sebuah sekolah di Jogjakarta melakukan kegiatan pramuka yang ...
-
3.3.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Kasus 1 Pada awal tahun 2020, sebuah sekolah di Jogjakarta melakukan kegiatan pramuka yang ...