Halaman

Senin, 26 Oktober 2020

 

1.1.a.9 Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

1. Sintesis berbagai materi

            Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1. Murid adalah orang yang sedang menempuh pembelajaran di kelas, menerima pelajaran dari guru kemudian menyelesaikan seluruh tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Selanjutnya model pembelajaran yang diberikan kepada anak-anak  juga belum optimal karena kita belum menemukan hakikat dari pembelajaran itu sendiri. Dari pembelajaran di kelas secara monoton dan model pembelajaran yang minim mengakibatkan anak-anak bosan dalam belajar. Anak-anak tidak dihadapkan ke hal-hal menantang seperti permainan game, demontrasi, menelaah, mengadakan penelitian dan lain sebagainya. Setelah kami mempelajari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara barulah kita sadar bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi dari segi bagaimana membelajarkan anak secara merdeka belajar, bagaimana membentuk anak untuk berkarakter, bagaimana mengajarkan anak ke hal-hal positif dan lain sebagainya.

Dari modul 1.1 yang telah kita pelajari maka ada beberapa kaitan antara materi-materi dalam modul ini. Pertama menurut Ki Hajar Dewantara hakikat pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Saya percaya bahwa anak-anak kita punya potensi, bakat dan kreaatifitas, inovatif sehingga kita sebagai guru harus melihat potensi itu dan mengarahkan anak untuk mencari bakat, minat apa yang menjadi karakter dari anak tersebut. Sehingga anak merasa punya wewenang sendiri untuk menentukan apa, kemana arah dan potensi dirinya.

 Sekarang zaman globalisasi banyak dipengaruhi oleh kepentingan pasar menyebabkan pendidikan tidak sepenuhnya dipandang sebagai upaya mencerdaskan bangsa, tetapi lebih berfokus untuk menghasilkan lulusan yang hanya menguasai pengetahuan, kurang membekali peserta didik dengan semangat kebangsaan, semangat keadilan sosial, serta sifat-sifat kemanusiaan dan moral luhur sebagai warga negara(Saksono,2010:76). Bangsa Indonesia saat ini  dihadapkan pada krisis karakter yang cukup memprihatinkan, seperti ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalikan diri, kurangnya tanggung jawab sosial, hilangnya sikap ramah tamah dan sopan santun.

Kedua adalah Ki Hajar Dewantara mengatakan hendaknyan usaha kemajuan ditempuh melalui “trikon” yaitu kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri, konvergen dengan alam luar, dan konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai kepribadian sendiri.

Ketiga dari filosofi Ki Hajar Dewantara adalah sistem among yang berjiwa kekeluargaan bersendikan dua dasar, yaitu pertama kodrat alam, kedua kemerdekaan sebagai syarat menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin.

Keempat pandangan Ki Hajar Dewantara tentang belajar nampak pada konsep mengenai Tri Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan alam keluarga, alam perguruan, alam masyarakat. Pendidikan alam keluarga akan mendidik anak-anak dengan sebaik mungkin yang meliputi jasmani dan rohani. Selanjutnya alam perguruan berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran serta memberikan ilmu pengetahuan dan alam masyarakat akan terwujud apabila orang-orang yang berkepentingan yaitu orang tua, tokoh masyarakat, guru dan masyarakat lainnya saling memahami.

Terwujudnya Tri Pusat pendidikan akan melahirkan manusia-manusia yang memiliki karakter Ing Ngarso Sun Tuladho Ing Madya Mangun Karso Tut Wuri Handayani. Artinya di depan memberikan contoh atau teladan, di tengah memberikan ide atau semangat dan dibelakang memberikan dorongan.

Dari beberapa konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara Kami berkesimpulan bahwa pendidikan dapat berubah kalau kita semua bisa menjadi guru, bisa menjadi murid, dan semua tempat adalah sekolah.

Penerapan pembelajaran yag dapat kita lakukan antara lain :

1.      Membentuk kelompok pengajian Sekolah untuk membentuk karakter keagamaan dan religius anak, setiap dua kali sebulan diadakan pengajian,

2.      Aktifkan kembali saling sapa, senyum pada saat bertemu,

3.      Membentuk kelompok-kelompok kebersihan untuk melatih kemandirian anak

4.      Membentuk kelompok-kelompok belajar untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan pelajaran sekolah,

5.      Membentuk sanggar kesenian, olah raga untuk mencari bakat siswa.

6.      Mengaktifkan ekstrakurikuler seperti PMR, Pramuka, Rohis,

7.      Mengaktifkan organisasi sekolah seperti OSIS

8.      Membentuk Koperasi Mandiri untuk siswa

9.      Membuat kotak amal untuk kegiatan kemanusian

 

2 komentar:

  1. Dengan semangat filosofi KHD mari kita ujudkan kelas yg ramah dalam pembelajaran tidak ada diskriminasi dengan rasa asah asih asuh membangun komonitas belajar yg berfilosofi ing ngarso sungtulodo ing madya mangun karso tut wuri handayani
    Salam Merdeka Belajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Guru dan murid punya kebebasan untuk berinovasi, kebebasan belajar dengan mandiri dan kreatif.
      Guru Penggerak untuk merdeka belajar
      Salam bahagia

      Hapus

3.3.a.4.2 EKSPLORAS KONSEP-FORUM DISKUSI KASUS 1

  3.3.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Kasus 1 Pada awal tahun 2020, sebuah sekolah di Jogjakarta melakukan kegiatan pramuka yang ...